KEPEMIMPINAN
MURID
OLEH ADAM HADIAN,S.Pd
NIP.197803262009021001
"Pendidikan
itu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka dapat
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai
manusia maupun anggota masyarakat" (Ki Hadjar Dewantara)
Murid
secara alami adalah seorang pengamat, penjelajah, penanya yang memiliki rasa
ingin tahu atau minat terhadap berbagai hal. Saat murid memiliki kontrol atas
apa yang terjadi atau merasa bahwa mereka dapat mempengaruhi sebuah
situasi maka murid akan memiliki "Agency". Agency dapat
diartikan sebagai kapasitas seseorang untuk mempengaruhi fungsi dirinya dan
arah jalannya peristiwa melalui tindakan-tindakan yang dibuatnya. Seorang
guru seyogyanya bisa menghantarkan para muridnya untuk berdaya dan menjadi
manusia merdeka. Manusia merdeka adalah manusia yang hidupnya bersandar pada
kekuatan sendiri baik lahir maupun batin, tidak tergantung kepada orang lain.
Peran pendidik lainnya yaitu memberi ilmu demi kecakapan hidup anak dalam usaha
mempersiapkannya untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup
bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya.
Student Agency (kepemimpinan murid)
bisa diartikan sebagai kemampuan murid untuk mengarahkan pembelajaran mereka
sendiri. Kepemimpinan murid adalah tentang murid yang bertindak secara aktif
dan membuat keputusan serta pilihan yang bertanggung jawab, daripada hanya
sekedar menerima apa yang ditentukan oleh orang lain.
Empat Sifat Inti dari Human Agency
biasa disingkat menjadi IVAR yang bisa diuraikan sebagai berikut:
1.
Intensi = kesengajaan (intentionality) dalam arti
memiliki niat, mewujudkan niat dan mempertimbangkan keinginan pihak lain,
berupaya untuk menemukan niatan bersama dan mengelola kesalingtergantungan
rencana.
2.
Visi = pemikiran ke depan (forethought) dalam arti
menjadikan visi (representasi kognitif dari visualisasi masa depan)
sebagai pemandu dan memotivasi tindakan-tindakan mereka saat ini menjadikan
mereka individu yang bersemangat dan bertujuan.
3.
Aksi = kereaktifan diri
(self-reactiveness); memiliki pengendali diri (self-regulator), memiliki
kemampuan untuk mengkonstruksi aksi atau tindakan yang tepat untuk memotivasi
serta mengatur eksekusinya.
4.
Refleksi = kereflektifan diri (self-reflectiveness);
memiliki kesadaran yang baik akan fungsi dirinya. Melakukan refleksi terhadap
efikasi dirinya, kecemerlangan, ketepatan pikiran dan tindakannya, kebermaknaan
upaya yang mereka lakukan dalam pencapaian tujuan serta akan melakukan
perbaikan jika diperlukan
Murid menunjukkan "student
agency" ketika mereka mampu :
1.
Mengarahkan pembelajaran mereka sendiri,
2.
Membuat pilihan-pilihan,
3.
Menyuarakan opini,
4.
Mengajukan pertanyaan dan mengungkapkan rasa ingin tahu,
5.
Berpartisipasi dan berkontribusi pada komunitas belajar,
6.
Mengkomunikasikan pemahaman mereka kepada orang lain,
7.
Melakukan tindakan nyata sebagai proses hasil belajarnya.
Saat murid menjadi
pemimpin dalam proses pembelajaran, mereka memiliki voice, choiche, dan
ownership.
Voice
(suara) adalah pandangan, perhatian, gagasan yang diekspresikan oleh murid
melalui partisipasi aktif mereka di kelas, sekolah, komunitas, dan sistem
pendidikan mereka yang berkontribusi pada proses pengambilan keputusan secara
kolektif mempengaruhi hasilnya (www.education.vic.gov.an). Suara murid
dapat ditumbuhkan melalui diskusi, membuka ruang ekspresi kreatif, memberi
pendapat, merelevansikan pembelajaran secara pribadi, dll.
Choice (pilihan) adalah peluang
yang diberikan kepada murid untuk memilih kesempatan-kesempatan dalam ranah
sosial, lingkungan dan pembelajaran (marzanoacademies.org). Dalam ranah sosial ,murid
dapat diberikan kesempatan untuk berada dalam kelompok yang sesuai dengan
tujuan atau minatnya. Dalam ranah lingkungan, murid dapat diberikan kesempatan
untuk memilih atau mengatur tempat belajar yang sesuai untuk mereka, memilih
lingkungan belajar yang paling mendukung untuk mereka belajar secara maksimal.
Dalam ranah pembelajaran, murid diberikan pilihan-pilihan untuk mengakses,
berlatih atau membuktikan penguasaan pengetahuan atau keterampilan dalam
kurikulum.
Ownership (kepemilikan) adalah
saat murid terhubung (baik secara fisik, kognitif, atau sosial emosional)
dengan apa yang sedang dipelajari, terlibat aktif dan menunjukkan minat dalam
proses belajarnya sehingga ia merasa 'memiliki' proses belajarnya. Untuk dapat
menumbuhkan kepemilikan murid maka dapat dilakukan hal-hal berikut; Mengajak
murid mengatur layout kelas mereka sendiri, meminta pendapat murid untuk
menentukan bentuk penugasan, merespon feedback yang diberikan murid.
Karakteristik Lingkungan yang
Menumbuhkembangkan Kepemimpinan Murid (Noble & McGrath:2016)
1.
Lingkungan yang menyediakan kesempatan untuk murid
menggunakan pola pikir positif dan merasakan emosi yang positif.
2.
Lingkungan yang mengembangkan keterampilan berinteraksi
sosial secara positif, arif dan bijaksana.
3.
Lingkungan yang melatih ketrampilan yang dibutuhkan murid
dalam proses pencapaian tujuan akademik maupun non-akademiknya.
4.
Lingkungan yang melatih murid untuk menerima dan memahami
kekuatan diri, sesama, serta masyarakat dan lingkungan di sekitarnya.
5.
Lingkungan yang membuka wawasan murid agar dapat
menentukan dan menindaklanjuti tujuan, harapan atau mimpi yang manfaat dan
kebaikannya melampaui pemenuhan kepentingan individu, kelompok, maupun
golongan.
6.
Lingkungan yang menempatkan murid sedemikian rupa
sehingga terlibat aktif dalam proses belajarnya sendiri.
7.
Lingkungan yang menumbuhkan daya lenting dan sikap
tangguh murid untuk terus bangkit di tengah kesempitan dan kesulitan.
Peran guru adalah sebagai fasilitator,
mendampingi murid agar pengembangan potensi kepemimpinan mereka tetap sesuai
dengan kodrat, konteks dan kebutuhannya. Selain itu, guru harus mengurangi
kontrol terhadap para murid.
Meningkatkan Jiwa Kepemimpinan Pada Siswa
Selain
itu, pada dasarnya jiwa kepemimpinan bisa ditumbuhkan pada siswa sedini
mungkin, bahkan ketika siswa duduk di bangku sekolah dasar. Beberapa tips
meningkatkan jiwa kepemimpinan pada siswa, yaitu:
1.Berikan
tugas presentasi
Tidak
bisa dipungkiri memang presentasi merupakan salah satu cara paling efektif
untuk meningkatkan jiwa kepemimpinan pada siswa. Karena saat melakukan
presentasi, seorang siswa harus bisa menarik perhatian semua siswa yang lain
untuk membuatnya fokus dan paham dengan materi yang disampaikan. Hal ini
merupakan salah satu komponen kemampuan kepemimpinan. Oleh karena itu, yuk
mulai sekarang berikan tugas presentasi kepada semua siswa.
2.
Berikan kesempatan pada siswa untuk menjadi ketua kelas
Setiap
kelas biasanya memang sudah memiliki satu ketua kelas yang berperan untuk
membantu guru dalam menjalankan proses belajar mengajar, seperti memimpin apel,
membuat suasana kelas lebih kondusif, dan membantu guru mengumpulkan tugas yang
dikerjakan siswa lain. Namun, mulai sekarang tidak ada salahnya jika guru
memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk menjalankan peran ketua kelas
selama 1-2 minggu.
Karena
memberikan kesempatan pada siswa untuk menjadi ketua kelas juga merupakan salah
satu hal paling ampuh untuk meningkatkan jiwa kepemimpinan pada siswa. Agar hal
ini bisa terasa lebih efektif, jangan lupa juga untuk memberikan kesempatan ini
pada siswa yang biasanya cenderung kurang aktif di kelas.
3.
Berikan contoh yang baik pada siswa
Memberikan
contoh yang baik pada siswa merupakan salah satu tips meningkatkan jiwa
kepemimpinan pada siswa yang tidak boleh terlewatkan. Karena siswa biasanya
cenderung lebih mudah memahami hal yang dipraktikkan guru, dibandingkan
memahami hal yang disampaikan.
Beberapa
contoh jiwa kepemimpinan yang bisa ditunjukkan pada siswa adalah cara membuat
keputusan yang baik, berkomunikasi dengan guru yang lain, memimpin kelas, dan
menertibkan kelas.
4.
Adakan sesi debat
Melansir
dari KBBI, debat adalah pembahasan dan pertukaran pendapat
mengenai suatu hal dengan saling memberi alasan untuk mempertahankan pendapat
masing-masing. Debat juga merupakan salah satu cara paling tepat yang bisa
dilakukan guru untuk meningkatkan jiwa kepemimpinan pada siswa.
Karena
saat debat, seorang siswa harus membuat argumen yang kuat untuk membuat siswa
lain setuju dengan argumen yang disampaikan. Hal ini juga merupakan salah satu
komponen kepemimpinan. Untuk membuat suasana debat semakin menyenangkan, jangan
lupa untuk memberikan materi debat yang ringan dan ‘dekat’ dengan siswa,
seperti pro kontra bermain game (karena game ada
yang baik dan buruk) atau materi tentang suatu mata pelajaran.
5.
Menyaksikan kepemimpinan dalam sebuah
tontonan
Siapa
bilang nonton film kadang hanya tampak membuang-buang waktu dan tidak membawa
manfaat sama sekali? Faktanya nonton film ternyata sangat bermanfaat untuk
meningkatkan jiwa kepemimpinan dan kemampuan berpikir kreatif untuk siswa lho.
Namun, film yang bermanfaat untuk meningkatkan jiwa kepemimpinan adalah
film-film bertemakan pemimpin, seperti film tentang tokoh-tokoh pahlawan di
Indonesia, film tentang terciptanya suatu produk (misalnya Ford vs Ferrari),
atau bahkan beberapa film kartun (seperti Lion King, Gash bell, atau Raya and
The Last Dragon).
Namun,
usahakan film yang ditonton bersama siswa merupakan film yang ditujukan untuk
semua umur serta tidak memiliki adegan kekerasan sama sekali. Tidak ada
salahnya juga jika sesekali guru mengadakan acara nonton film bersama siswa.
Bila perlu, sebelum menonton film, guru bisa memberikan tugas kepada siswa
untuk menuliskan reviu film dan mempresentasikan hasil reviunya di depan kelas.
6. Biasakan siswa untuk memberikan pendapat
Selain
bermanfaat untuk meningkatkan rasa percaya diri siswa, membiasakan siswa untuk
bertanya atau memberikan pendapat juga sangat bermanfaat untuk meningkatkan
jiwa kepemimpinan pada siswa.
Bila
perlu, sesekali guru juga bisa meminta siswa untuk menjelaskan materi pelajaran
yang baru saja diajarkan. Agar siswa semakin terpacu untuk memberikan pendapat,
guru juga bisa memberikan apresiasi kecil untuk siswa yang telah berani
mengutarakan pendapatnya. Misalnya dengan memberikan stiker bintang atau
cokelat.
Menumbuhkan
jiwa kepemimpinan pada siswa memang tidak semudah yang dibayangkan. Namun,
jangan lupa untuk menerapkan beberapa hal di atas ya. Karena bagaimanapun,
tingginya jiwa kepemimpinan pada siswa bisa bermanfaat untuk meningkatkan
produktivitas siswa dalam belajar, sehingga guru bisa menjalankan proses
belajar mengajar dengan mudah.